Sabtu, 25 Oktober 2014

Pernikahan (Repotnya jadi keluarga mempelai wanita)

Pernikahan?

Yap, inilah salah satu alasan kenapa beberapa minggu ini gue (pura-pura) sibuk. Semua gara-gara pernikahan.


Eits, tapi tunggu dulu nih! Pasti lo nebak yang kawin itu adalah gue. Bukan, yang kawin bukan gue. Tapi, sodara gue (tepatnya, kakak perempuan gue).

Oh iya, balik lagi ke judul. Kenapa jadi keluarga mempelai wanita itu repot?

walaupun sedikit yang bisa gue ceritain disini, tapi yang dikit ini sudah cukup mewakili penderitaan gue! Hahaha...


1. Lokasi akad pernikahan.

Biasanya, yang menentukan lokasi akad pernikahan itu adalah wali (pihak) perempuan. Dan tau dampak paling berat dari semua itu? Yup, rumah yang biasanya 'semi berantakan' (alias perabot rumah tangga yang semuanya dalam posisi awal) tiba-tiba semuanya harus di 'bersihkan'. Kursi tamu, meja tamu, dan segala hal-hal yang membuat 'sempit' ruangan semuanya harus di lenyapkan. Semua berganti ambal (karpet) untuk orang-orang duduk. Dan itu membuat badan gue yang gemuk ini menjadi tumpuan kakak-kakak gue yang kurus.

Gue: ah, istirahat dulu!

Kakak gue: eh, ayo sini bantuin angkat kursi dulu.

Gue: Kan tadi udah. Malah gue angkat yang gede!

Kakak gue: Kan gue kurus, sini bantuin dulu....

Gue: Oke... (dalam hati: kampret!)

2. Undangan (yang paling banyak dapet jatah itu adalah pihak perempuan)

Yup, tanpa undangan, orang pasti nggak tau kalau kita punya acara/hajatan (makanya diundang). Tapi tay kah kamu, yang ini sama beratnya dengan beres-beres perabot rumah. Yailah, mana ada undangan itu jumlahnya puluhan, pasti ratusanlah, bahkan ada yang sampai ribuan. Dan yang bikin nyeseknya lagi, semua nama (orang yang diundangan) harus di tulis.

Gue: Pah, masih berapa lagi nih yang harus diketik?

Papah: nggak banyak kok... tuh! (sambil nunjukin dua kardus gede berisi undangan)

Gue: *jari tangan langsung keram*

3. Menyusun buku acara akad dan resepsi pernikahan.

Nah, yang satu ini tergantung lo pakai jasa WO atau nggak? Kalau nggak ya lo harus siap-siap kayak gue (Ngetik satu-satu acara detail akad dan persepsi nanti; dari waktu acara, sampai panitia acara).

Papa: Yang namanya Ir. Bxxxxxx sudah ditulis belum?

Gue: Bentar! (cek satu-satu nama)

Gue: Sudah, Pah!

Papa: Yang itu hapus aja, ganti sama Drs. Uxxxxxxxx!

Gue: Grrrrrrrr!!!!!


Oke gaes, sekian dulu dari gue hari ini. Terakhir, gue mau ngundang kalian semua. Jangan nggak datang ya! Hehehe :)




Selasa, 21 Oktober 2014

Welcome Mr. President, Joko Widodo.

Pagi semua!

Wah, sudah lama banget gue nggak update blog lagi nih. Pada kangen nggak? Hehe...

Sambil ditemenin secangkir kopi susu (yang nggak pernah berubah rasanya), gue mau ngucapin selamat kepada seluruh rakyat Indonesia yang kemarin sukses ngadain acara #syukuranrakyat atas pelantikan Presiden terbaru kita, Pak Jokowi dan Jusuf Kalla.

Sekarang Indonesia punya pemimpin baru, semangat baru. Yang kemarin sempat terpecah sama nomor 1 dan 2, sudah saatnya kita bersatu, persatuan Indonesia. Lagian, untuk apa coba musuhan? Nggak ada gunanya juga, Men!


Ilustrasi: Google.com/Liputan 6

Terakhir, seperti pesan Jokowi kemarin di dalam Pidato Pertamanya, Kita (Seluruh Rakyat Indonesia) mari bekerja Keras, bahu membahu, dan Bergotong Royong untuk bergerak bersama untuk bekerja! Merdeka.

Kepada para nelayan, buruh, petani, pedagang bakso, pedagang asongan, sopir, akademisi, guru, TNI, POLRI, pengusaha dan kalangan profesional, saya menyerukan untuk bekerja keras, bahu membahu, bergotong rotong. Inilah, momen sejarah bagi kita semua untuk bergerak bersama untuk bekerja…bekerja… dan bekerja