Rabu, 10 Desember 2014

#SGANia Bulan November: Corat-coret Memoar Tentang Eyang



UNTUK EYANG: PAHLAWANKU

Coretan by: Ryanhasanin


Aku masih ingat!

Malam itu, aku duduk di samping Eyang untuk terakhir kalinya. Kulihat raut wajahnya pucat, senyumnya dingin, dan tubuhnya yang semakin kurus. Sementara itu, Mamah—yang saat itu juga duduk di sampingku—mulutnya terus melafazkan ayat-ayat suci Al Quran sefasih yang ia mampu sambil air matanya terus turun membasahi pipinya.

Dan tak lama kemudian, aku bangkit dari tempat dudukku, tenggelam dalam kesendirian dan memori indah semasa Eyangku hidup di dalam kamar seorang diri.

“Ryan...” panggil eyang.
  
“Sebentar, Yang...” bantahku bandel. “Lagi seru nih maen PS-nya!” lanjutku memberitahunya kalau aku lagi “sibuk sama urusanku” dan tak mau diganggu.
  
Namun, sayangnya, Eyangku sama kerasnya denganku. Ia memanggilku sekali lagi.

“Ryan... Sini sebentar!”
             
Lalu, dengan perasaan kesal aku meletakan stick PS-ku di lantai.
            
 “Ada apa sih, Yang?” tanyaku.
             
Eyang cuman tersenyum. “Nggak ada apa-apa, Eyang cuman mau cerita sama Ryan...”
             
“Cerita? Lagi?” tanyaku kaget. “Yang, Ryan kan sudah kelas 3 SD! Masa’ harus didongengin terus sih?”
             
Lagi-lagi Eyang tersenyum. “Ini bukan dongeng...” jawab Eyang. “Oh, iya, ini ada chiki kesukaanmu...” lanjutnya.
             
Kulihat chiki itu keluar dari persembunyiannya—dari balik badan Eyang. “Ah, Eyang paling tahu menjinakan sifat nakalku!”
            
Lalu, sambil menikmati chiki, aku duduk disamping Eyang, dan siap mendengarkan ceritanya;
             
Ternyata, Eyang cerita tentang dirinya sendiri. Ia menceritakan masa kecilnya yang tak semudah jamanku—untuk sekolah saja, hanya kalangan tertentu yang bisa dan mampu. Lalu, singkat cerita, dengan kerja kerasnya, Eyang akhirnya bekerja sebagai Jaksa di Kejaksaan Tinggi Republik Indonesia. Eyang cerita kalau dirinya adalah perantau. Ia lahir di Semarang. Lalu, hijrah ke Kotabumi—Lampung (kalau aku nggak salah ya), dan akhirnya menemukan jodohnya di tanah Sriwijaya. Itulah Eyang Putriku.
             
Selama Eyang bercerita, aku melihat raut wajahnya bahagia ketika Eyang bercerita waktu ia bertemu dengan Eyang putriku. Eyang bilang; kalau masa pacaran dulu nggak semudah jaman sekarang. Eyang harus bersepeda dari rumah dinasnya ke rumah eyang putriku, itupun nggak bisa lama-lama karena buyutku pasti sudah menunggu disana sambil mengawasi dan berpura-pura sedang menyiram tanaman di depan rumah. Kata Eyang putriku: dulu, banyak cowok yang naksir sama Eyang. Tapi, Eyang lebih memilih Eyang kakungmu karena ia tampan dan putih!
            
 Namun, ditengah-tengah cerita bahagia itu, Eyang raut wajahnya tiba-tiba saja sedih. Tidak ini bukan sedih secara emosi, tapi ini bersifat sebagai keprihatinannya. Eyang cerita semasa ia bekerja sebagai Jaksa, banyak sekali kerabat dan sahabatnya yang salah menggunakan wewenangnya. Mereka lupa sama sumpah jabatannya, dan lebih memilih untuk menerima suap dari klien-kliennya. Eyangku yang selama hidupnya selalu punya prinsip kejujuran, lama-lama punya musuh juga. Suatu hari, akibat dari kejujuran itu, Eyang kecelakaan, dan kakinya patah lalu jadi pincang. Tapi, Eyang selalu berkata kepadaku; Jadilah orang jujur apapun resikonya! Dan aku janji kepadanya saat itu juga kalau kejujuran adalah nomor satu dalam kehidupanku.
            
Sampai, lamunan tentang masa-masa indahku bersama Eyang buyar ketika Papa membangunkanku dan mengajak untuk sholat subuh.
             
Dan siang harinya, Dzuhur, Eyang disolatkan. Sorenya, Eyang dikuburkan di sebalah makam buyutku.


Selamat jalan eyang, semoga amalmu dan kejujuranmu akan membawamu ke dalam Surga-NYA yang abadi nan indah. Amin.


Note:
Cerita ini hanya fiksi. Namun, dibumbui sama pengalaman diri sendiri. Atas ketidak akuratan alur cerita, Ryan minta maaf. (Kali aja ada keluarga yang baca. Haha... walaupun 2% kemungkinannya).

Sabtu, 25 Oktober 2014

Pernikahan (Repotnya jadi keluarga mempelai wanita)

Pernikahan?

Yap, inilah salah satu alasan kenapa beberapa minggu ini gue (pura-pura) sibuk. Semua gara-gara pernikahan.


Eits, tapi tunggu dulu nih! Pasti lo nebak yang kawin itu adalah gue. Bukan, yang kawin bukan gue. Tapi, sodara gue (tepatnya, kakak perempuan gue).

Oh iya, balik lagi ke judul. Kenapa jadi keluarga mempelai wanita itu repot?

walaupun sedikit yang bisa gue ceritain disini, tapi yang dikit ini sudah cukup mewakili penderitaan gue! Hahaha...


1. Lokasi akad pernikahan.

Biasanya, yang menentukan lokasi akad pernikahan itu adalah wali (pihak) perempuan. Dan tau dampak paling berat dari semua itu? Yup, rumah yang biasanya 'semi berantakan' (alias perabot rumah tangga yang semuanya dalam posisi awal) tiba-tiba semuanya harus di 'bersihkan'. Kursi tamu, meja tamu, dan segala hal-hal yang membuat 'sempit' ruangan semuanya harus di lenyapkan. Semua berganti ambal (karpet) untuk orang-orang duduk. Dan itu membuat badan gue yang gemuk ini menjadi tumpuan kakak-kakak gue yang kurus.

Gue: ah, istirahat dulu!

Kakak gue: eh, ayo sini bantuin angkat kursi dulu.

Gue: Kan tadi udah. Malah gue angkat yang gede!

Kakak gue: Kan gue kurus, sini bantuin dulu....

Gue: Oke... (dalam hati: kampret!)

2. Undangan (yang paling banyak dapet jatah itu adalah pihak perempuan)

Yup, tanpa undangan, orang pasti nggak tau kalau kita punya acara/hajatan (makanya diundang). Tapi tay kah kamu, yang ini sama beratnya dengan beres-beres perabot rumah. Yailah, mana ada undangan itu jumlahnya puluhan, pasti ratusanlah, bahkan ada yang sampai ribuan. Dan yang bikin nyeseknya lagi, semua nama (orang yang diundangan) harus di tulis.

Gue: Pah, masih berapa lagi nih yang harus diketik?

Papah: nggak banyak kok... tuh! (sambil nunjukin dua kardus gede berisi undangan)

Gue: *jari tangan langsung keram*

3. Menyusun buku acara akad dan resepsi pernikahan.

Nah, yang satu ini tergantung lo pakai jasa WO atau nggak? Kalau nggak ya lo harus siap-siap kayak gue (Ngetik satu-satu acara detail akad dan persepsi nanti; dari waktu acara, sampai panitia acara).

Papa: Yang namanya Ir. Bxxxxxx sudah ditulis belum?

Gue: Bentar! (cek satu-satu nama)

Gue: Sudah, Pah!

Papa: Yang itu hapus aja, ganti sama Drs. Uxxxxxxxx!

Gue: Grrrrrrrr!!!!!


Oke gaes, sekian dulu dari gue hari ini. Terakhir, gue mau ngundang kalian semua. Jangan nggak datang ya! Hehehe :)




Selasa, 21 Oktober 2014

Welcome Mr. President, Joko Widodo.

Pagi semua!

Wah, sudah lama banget gue nggak update blog lagi nih. Pada kangen nggak? Hehe...

Sambil ditemenin secangkir kopi susu (yang nggak pernah berubah rasanya), gue mau ngucapin selamat kepada seluruh rakyat Indonesia yang kemarin sukses ngadain acara #syukuranrakyat atas pelantikan Presiden terbaru kita, Pak Jokowi dan Jusuf Kalla.

Sekarang Indonesia punya pemimpin baru, semangat baru. Yang kemarin sempat terpecah sama nomor 1 dan 2, sudah saatnya kita bersatu, persatuan Indonesia. Lagian, untuk apa coba musuhan? Nggak ada gunanya juga, Men!


Ilustrasi: Google.com/Liputan 6

Terakhir, seperti pesan Jokowi kemarin di dalam Pidato Pertamanya, Kita (Seluruh Rakyat Indonesia) mari bekerja Keras, bahu membahu, dan Bergotong Royong untuk bergerak bersama untuk bekerja! Merdeka.

Kepada para nelayan, buruh, petani, pedagang bakso, pedagang asongan, sopir, akademisi, guru, TNI, POLRI, pengusaha dan kalangan profesional, saya menyerukan untuk bekerja keras, bahu membahu, bergotong rotong. Inilah, momen sejarah bagi kita semua untuk bergerak bersama untuk bekerja…bekerja… dan bekerja



Rabu, 10 September 2014

Cinta Semanis Dodol Kurma

Terima kasih buat Pak Puguh P. S. Admaja yang sudah masukin Sinopsis gue di blog.


Sinopsis
FTV SCTV Special Ramadhan
Cerita: Ryanhasanin
Skenario: Rindu Rindang Cintakami
Produksi: FRAME RITZ 2014

CINTAKU SEMANIS DODOL KURMA
By: Rindu Rindang Cintakami & Ryanhasanin

Siapa sih yang nggak kenal sama Sherly?  Sudah cantik, sexy, dan tajir pula. Namun, siapa sangka juga ‘kesempurnaan’ Sherly ini, justru dimanfaatin doang sama pacar-pacarnya yang matre. Makanya selama ia cuti kuliah, Sherly dan Tika—sahabatnya, berniat untuk menyamar menjadi seorang cewek yang biasa-biasa saja. Ya, Sherly yakin, di luar sana masih banyak cowok baik-baik yang bisa menerima ia ‘apa adanya’ bukan karena ia ‘ada apanya’. Sherly dan Tika juga berniat ngekos disebuah kos-kosan biasa, bukan kos-kosan yang mewah dengan fasilitas super lengkap. Dan sebagai sumber penghasilan untuk kehidupan sehari-harinya, Sherly nggak mau menggunakan fasilitas mewah yang dimilikinya. Tapi berusaha mandiri mengandalkan kerja kerasnya sendiri.

Sampai Sherly mempunyai ide untuk berjualan dodol kurma sabagai usahanya. Mengingat sebentar lagi puasa, pasti banyak orang yang mencari makanan manis-manis untuk menu berbuka puasanya. Apalagi kurma adalah salah satu sunnah yang dianjurkan oleh Nabi, makin mantap deh keyakinan Sherly untuk berjualan dodol kurma.

Masalahnya, Sherly kan nggak bisa bikin dodol kurma. Apalagi si Tika, yang bisanya cuman makan dodolnya doang. Tapi, ada untungnya juga si Tika ini suka makan dodol. Sherly jadi tahu deh sama siapa ia harus belajar membuat dodol. Dikotak dodol yang sudah kosong, karena semua isinya sudah dilahap Tika, Sherly membaca sebuah tulisan yang bunyinya seperti ini; ‘Dodol Asli cap Babeh Rojali. Jln. Batu Ampar 1, Condet. Jakarta Timur’. Sherly dengan senang hati langsung menyeret Tika untuk segera pergi menuju alamat tersebut.

Lalu, ketemulah Sherly dengan Babeh Rojali. Nah, babeh Rojali ini adalah generasi ke-lima dari keluarga yang sudah turun menurun membuat dodol. Dan berkat ide inovasinya sendiri, dodol babeh Rojali mempunyai banyak varian rasanya; mulai dari rasa duren, coklat—almond, apel, strowberry, bahkan kurma. Pas banget nih, Sherly dan Tika langsung meminta Babeh Rojali mau mengajarinya bikin dodol kurma. Sayangnya, Babeh Rojali menolak, soalnya ini tradisi yang sudah diwariskan secara turun-menurun. Selain anaknya, atau saudaranya, tradisi ini nggak boleh berpindah tangan ke orang lain. Tapi Babeh Rojali nggak melarang Sherly untuk menjadi penjual dodolnya. Sherly dan Tika pun mengangguk tanda mereka setuju dan sepakat mulai berjualan besok di hari pertama puasa.

Sebagai tempat berjualannya, Sherly dan Tika memilih untuk menyewa sebuah tenda di pasar kaget/bedug di ujung jalan di dekat kos-kosannya. Namun di hari pertama mereka berjualan, nggak ada satupun dodol yang laku terjual. Sherly akhirnya sadar, mencari uang sendiri itu susah banget dan ia bersyukur terlahir di keluarga yang cukup berada. Besok siangnya, Sherly dan Tika mampir lagi ke rumah Babeh Rojali untuk menukar dodol yang kemarin dengan dodol yang baru. Ya, Sherly nggak mau pembelinya nanti memakan dodol lama yang kualitasnya mulai turun. Mendengar alasan Sherly, Babeh Rojali tertawa terbahak-bahak, ia memberitahu bahwa dodolnya ini mampu bertahan lama—bahkan selama satu bulan pun dodolnya masih bagus. Sherly yang mendengar betapa berkalitasnya dodol Babeh Rojali cuman bisa melongo takjub. Dan setelah mendengar keluh kesah penjualnya yang satu ini, Babeh Rojali berniat membantu Sherly dan Tika dengan mengirimkan anaknya yang bernama Efran untuk membantu keduanya berjualan dodol. Dan betapa kagetnya Sherly dan Tika, ketika mereka melihat munculnya sosok Efran. Sherly dan Tika nggak menyangka kalau Babeh Rojali yang tampangnya kayak ikan pesut itu punya anak cowok yang tampan rupawan. Bahkan, Tika yang sudah terbiasa lihat cowok tampan—juga tak kuasa menahan mulutnya untuk terbuka lebar. Untungnya, Sherly mengingatkan Tika dengan menyenggol bahunya. 

Sorenya, Sherly, Tika dan Efran mulai berjualan lagi. Dan benar saja, setelah kedatangan Efran untuk membantu mereka berjualan, dodol kurma Sherly dan Tika jadi banyak yang beli. Sherly pun jadi senang, begitu juga dengan Efran yang senang melihat semangat Sherly dan Tika yang nggak mudah pantang menyerah. Dan mereka bertigapun merayakan kesuksesan jualan dodol hari ini dengan makan bakso di pinggir jalan.

Lama-lama aksi samar-menyamar Sherly, akhirnya terbongkar juga oleh Gading, calon tunangan Sherly yang dijodohkan oleh bokap dan nyokapnya. Gading yang jelas-jelas cemburu karena disitu ada Efran langsung mengajak Sherly pulang. Tapi Sherly nggak mau pulang. Toh, dia disana lagi jualan dodol bersama Tika dan Efran. Lalu, terjadilah keributan. Gading yang emosi, mulai sedikit kasar terhadap Sherly. Nggak tahan melihat Gading yang beraninya cuman sama cewek, Efran mau-nggak-mau jadi ikut mencampuri urusan mereka berdua juga (yang sebenarnya bukan urusan Efran). Keributan antar lelaki pun nggak bisa dihindari lagi, untungnya pasar lagi ramai-ramainya, dan beberapa tukang parkir pada akhirnya berhasil melerai Efran dan Gading. Besoknya, Bokap Sherly telepon. Ia langsung menanyakan apa yang sebenarnya terjadi? Sherly yang sudah tahu; Pasti Gading yang bocorin rahasianya kepada bokapnya. Akhirnya menjelaskan semuanya dari awal lagi. Setelah mendengar alasan Sherly, Bokap Sherly sebenarnya cukup bangga melihat tingkah anaknya yang mulai belajar mandiri. Tapi, semua itu balik-balik ke Gading, Bokapnya tetap ngotot dia bisa tunangan sama Gading.

Sherly yang jadi galau, untuk sementara nggak mau jualan dodol lagi. Eh, bukannya ikut merasakan kegalauan sahabatnya, Tika malah mengambil kesempatan untuk mendekati Efran. Ya, Tika ini diam-diam naksir sama Efran. Tapi sayangnya, harapan Tika untuk mendekati Efran musnah, setelah ia mendengar cerita Efran kalau ia sebenarnya suka sama Sherly. Karena takut kehilangan Sherly, Efran meminta Tika untuk membantunya. Dasar Tika, ia mau bantu asal ia ditraktir pizza dulu sama Efran. Dan demi Sherly, Efran mau ngelakuin apa saja, termasuk traktir si sahabatnya yang rakus ini.

Efran yang lagi mentraktir Tika pizza. Nggak sengaja matanya melihat sesosok cowok yang rasa begitu familiar dipikirannya. Benar saja, ia melihat Gading yang kebetulan juga lagi makan disana. Tapi anehnya, Gading disana nggak sendirian. Ia bersama seorang cewek yang daritadi digandengnya dengan mesra. Melihat ada kesempatan untuk membongkar kedok Gading yang sebenarnya, Efran memiliki sebuah rencana. Lalu, ia menyuruh Tika untuk menghampiri Gading. Dan sesuai dugaannya, melihat Tika yang tiba-tiba muncul Gading jadi kaget dan salah tingkah, seketika matanya mencari sosok Sherly. Tapi, untungnya nggak ada, mulut playboynya mulai berbicara bohong. Ia menjelaskan kalau cewek yang lagi bersamanya cuman temennya biasa. Tapi nyatanya, si cewek itu mendengar. Dan saat itu juga, cewek tersebut minta putus. Merasa ia masih punya Sherly, dengan gampang ia mencampakan cewek tersebut. Untungnya Efran cerdas, semua kejadian itu telah direkamnya melalui hapenya.

Esoknya, rekaman tersebut berhasil ditunjukan kepada Sherly dan bokapnya. Betapa kagetnya mereka melihat Gading yang selama ini ternyata seorang playboy. Tapi, bukti rekaman itu nggak cukup buat Efran untuk mendapatkan hati Sherly. Toh, selama ini ia juga belum ngomong ke Sherly. Lalu, dengan berani Efran menembak Sherly di depan bokapnya. Eh, ternyata Sherly juga diam-diam naksir sama Efran. Tapi lagi-lagi Bokap sherly nggak setuju, ia nggak mau anaknya punya pacar yang nggak jelas asal-usulnya apalagi selama ini Efran cuman dikenalnya sebagai anak penjual dodol. Sementara itu, Efran hanya tersenyum dengan sanggahan bokapnya Sherly. Lalu, ia menjelaskan bahwa selama ini ia adalah seorang sarjana ekonomi yang sekarang lagi melanjutkan kuliahnya di program magister manajemen. Mendengar ucapan Efran tadi, Bokap Sherly takjub, ternyata masih ada anak muda jaman sekarang yang rela kuliah sambil bekerja—meneruskan bisnis yang sudah turun menurun yang diwariskan dari ayahnya.

SELESAI

Tanggerang Selatan, 18 Juni 2014

Rindu Rindang Cintakami & Riyan Hasanin

Terimakasih Tuhan Atas Segalanya

Minggu, 31 Agustus 2014

Sharing Your Moment with #Twiries: Tentang Gue dan Botol Galon

Pertama gue mau ngucapin terima kasih kepada Evi, karena nama gue muncul dihalaman Novelnya. It's cool!

Dhila, minjem pictures nya ya :))

Mendengar dua orang menulis sebuah novel, kata gue sih biasa-biasa aja. Tapi, bayangin kalau yang nulis itu kembar, si Eva Sri Rahayu dan Evi Sri Rezeki. Apa yang mereka tulis di novel mereka? Tenang, untuk nemuin jawabannya lo harus beli nih buku #TwiRies dan rasakan sensasi dunia kembar (walaupun lo sendiri nggak punya saudara kembar...).

Gue lagi cipokan sama si Kembar. Plak!
Pengalaman yang paling menarik ketika membaca buku ini, gue nggak bisa henti-hentinya untuk nahan ketawa, semua cerita disini absurd (Gokil.). Makanya, gue nggak pernah baca buku ini lebih dari setengah jam. (Takut dilariin ke rumah sakit jiwa!)

http://www.smartfren.com/ina/slide-detail/7201112013092452/

Suatu malam, gue yang nggak bisa tidur akhirnya mencoba mikir; gimana caranya gue harus tidur dalam waktu dekat (soalnya udah hampir subuh)?! Karena hitungin bintang di langit kebanyakan, dan hitungin domba sudah mainstream. Gue akhirnya mencomot salah satu buku yang berbaris rapih di rak buku mini gue. Ya, sudah bisa ditebak, buku itu buku Twiries.


Setelah membuka buku, mulanya gue cuman senyum-senyum dikit. Tapi entah kenapa, setelah melihat gambar-gambar komik Twiries, gue langsung ketawa ngakak (Padahal saat itu jam 3 malam loh...). Nah, karena mendengar ketawa gue yang sudah seperti orang kesurupan. Nyokap gue yang lagi enak-enakan tidur tiba-tiba bangun dan keluar dari kamar.

mama: "Kamu kenapa ketawa malam-malam gini?"

gue: "Nggak mah, cuman lagi baca buku doang kok, habisnya lucu banget..."

mamah: "Oh... ya sudah, tapi kalau ketawa lagi, jangan kenceng-kenceng ya. Ini udah malem, kirain tadi suara genderuwo!"

gue: "......"


Terakhir, buku ini keren banget. Selain fresh, kayaknya buku personaliteratur kembar ini, cuman bukunya si Eva dan Evi ini deh. Yuk, yang belum beli silahkan beli bukunya di toko buku terdekat. Tapi, sebelum beli, lo harus nonton dulu book trailernya.




Dan seandainya gue punya saudara kembar mungkin gue pengen Ben Affleck yang jadi saudara gue. Tapi, karena perut kita nggak sama. Akhirnya dengan berat hati, saudara gue kembar gue ternyata;

Botol Galon

Kamis, 28 Agustus 2014

Derita Boker Dicelana

Sumber: Keep Calm Version (Editan Sendiri)

Derita Boker Dicelana
Karya: Masgemboool/Ryanhasanin


Kau tak pernah bilang,
tahu-tahu Kau datang.

Malu.
Perasaan ini membelit leherku.
Mencekik, membunuh harga diriku pelan-pelan.

Kau lihat ekspresi wajah-wajah itu?
Mungkin Kau tak pernah mengerti. Dan tak akan mengerti.
Tapi Aku. Aku sepenuhnya mengerti.
Dari kerutan wajah-wajah itu Aku mendengar cacian, umpatan, bahkan, kalau ada bata (batu) disana, Aku akan dirajam habis-habisan.

Hei, jangan Kau merasa bersalah begitu.
Ini memang salahku. Selalu salahku.
Biasanya kau keluar kala suara kokok jago (ayam) menjemput mentari
Namun, hari ini kutahan karena aku tak punya waktu untukmu.

Sudahlah,
semua sudah terjadi.
Ini memang salahku. Selalu salahku.

Selasa, 19 Agustus 2014

Cerpen: John Jones; Ketika Nasib Jomblo Hampir Berubah. Hampir.


Johny lagi galau tingkat distrik di Papua. Daritadi, kerjaan Johny cuman menatap murung layar handphone-nya yang lecet-lecet, sama tragisnya dengan perasaan Johny sekarang. Matanya tak kuasa menahan haru, ketika Johny berulang kali membaca pesan terakhir dari Prili, cewek yang diakui Johny sebagai gebetan barunya.


Prili: “Sorry ya, Jon! Gue deket sama lo bukan karena gue suka sama lo...”


Johny: “Terus karena apa? Kurang gue apa sih, Pril?”

Prili: “Johny... cukup deh, lo nggak usah pakai nanya alasannya kenapa?!” 

Johny: “Emang kenapa sih, Pril? Gue berhak tau dong. Inget, gue ini cowok...”

Prili: “Yang bilang lo banci taman lawang siapa, John? Lagian, kalau lo emang pengen tau alasannya. Lo dengernya ya, Jon. Lo itu banyak kekurangannya.

Johny: “Hah? Banyak? Segitu jeleknya gue ya, Pril?”


Prili: “Lo itu nggak jelek kok, John. Tapi, nggak juga ganteng. Ya, dibandingin sama siamang, masih cakepan lo kok, John. Sumpah!

John: “Asem lo, Pril!”

Prili: “Gini ya, John. Emang sih lo itu; baik, perhatian, dan sayang sama gue. Tapi...”

Johny: “Tapi apa?”

Prili: “Duh, Jon... gue beneran nggak enak bilangnya. Sumpah!”

Johny: “Nggak enak gimana coba? Tadi kan lo bilang kalau gue itu; baik, perhatian, dan sayang sama lo. Terus, kurang gue dimana?”

Prili: “Kaki lo itu, Jon. Kaki!”

Johny: “Kaki gue kenapa? Buluan? Wajar kali kalau cowok punya bulu kaki...”

Prili: “......”

Johny: “Kok diem sih, Pril?”

Johny: “Please, Pril... lo mau ya terima gue jadi cowok lo...”

Prili: “Nggak bisa, Jon...”

Johny: “Oh, gue tau... lo pasti sudah balikan lagi sama si Digo-Digo itu kan, mantan lo yang bau keteknya kayak bau kencur itu?”

Prili: “......”

Johny: “Tuh kan, buktinya lo diem lagi. Lo sudah balikan lagi ya sama Digo, Pril?”

Prili: “Yee... denger ya, John! Gue itu nggak pernah balikan lagi sama Digo. Dia itu playboy, Jon. Kan lo tau sendiri!”

Johny: “Iya, gue tau. Terus alasan lo kenapa nggak mau jawab pernyataan cinta gue?”

Prili: “Oke, Jon. Daripada gue terus kasih harapan ke lo, mungkin ada baiknya gue bilang ke lo sekarang...”

Prili: “Jon...”

Johny: “Ya, Pril?”

Prili: “Buset! Gue tadi itu nggak manggil lo... tapi, gue mau mendramatisir...”

Johny: “Yee... bilang dong, Pril!”

Prili: “Arrgghhhhh...”

Johny: “Lo kenapa, Pril? Kejedot?”

Prili: “......”

Prili: “Bukan, Jon. Bukan!”

Johny: “Oh...”

Prili: “Jon...”

Johny: “Ya, Pril!”

Prili: “Tuh kan, masih aja lo jawab. Sudah dibilangin, gue nggak manggil lo, Jon!”

Johny: “Sorry, Pril!”

Prili: “Jon...”

Johny: “.......”

Prili: “Sorry banget, gue nggak bisa terima lo jadi cowok gue. Karena...”

Johny: “Karena?”
 #Nggak dibales
Johny: Karena apa, Pril?”
 #Nggak dibales

#Status pesan pending
Johny: “Pril? Prili?”
#Status pesan malah pending


Dan, disaat Johny mulai gelisah. Akhirnya, Prili-pun membalas pesan Johny.
Prili: “Sorry, Jon! Tadi hape gue off, lowbat.”

Prili: “John... gue nggak terima lo jadi cowok gue, karena gue nggak mau punya cowok yang bau kaki. Bau kaki, Jon. Bau kaki!”

Prili: “Gue trauma, Jon. Digo aja yang bau ketek, ternyata seorang playboy tulen. Gimana dengan lo? Lo yang bau kaki, jangan-jangan sama parahnya. Mungkin lo lebih parah daripada Digo. Makanya itu, Jon. Sorry banget, gue nggak bisa nerima lo jadi cowok gue! Mungkin. Suatu hari nanti. Disaat bau kaki lo sudah hilang. Gue baru bisa nerima lo jadi cowok gue”

Prili: “Bye, Jon. Makasih buat kebaikan lo selama ini. Prili”
#10 menit berlalu. Pada akhirnya, status pesan dari Prili adalah ‘Read”.

Disisi lain, Johny lagi nangis memble di pinggir tembok kamar.
 

SELESAI